Seringkali saya geli kalau ketemu orang-orang, yang menginginkan
sukses kaya raya, tapi apa yang diucapkannya bertolak belakang dengan
keinginannya. Dalam sebuah sesi Seminar Entrepreneurship, saya sempat
melontarkan anjuran, bahwa jika kita mau sukses kaya raya, syarat
pertamanya adalah, “Kita Harus Mata Duitan”… artinya dipikiran dan
perasaan kita harus berisi duit-duit-duit dan duit-duit-duit-duit…
hehehehe…
Tahukah tanggapan spontan sebagian besar peserta seminar saya itu? Wah…Pak
Nano kok ngajarin kita jadi mata duitan sih…kan nggak benar tuh. Kan
nanti kita bisa menghalalkan segala cara… Nanti kita bisa lupa diri kan,
Pak Nano… Kan sukses itu bukan ditentukan oleh banyaknya duit kita ya…
Yang penting kan kita bisa bahagia, meskipun nggak punya duit… Banyak
duit tapi hutangnya juga banyak kan ya repot toh, Pak Nano… dan masih
banyak tanggapan serupa itu.
Inilah hebatnya sebagian besar dari kita orang Indonesia. Tanggapan
spontanitas atas suatu permasalahan selalu bernuansa moralitas dan
agamis yang sangat kuat. Sepertinya mengesankan bahwa mereka ini memang
sangat kuat dan sangat baik mentalitas moralnya maupun ketaatannya
kepada ajaran agamanya. Harapan saya, semoga saja memang benar begitu
adanya.
Nah, akhirnya saya menjawab berbagai pernyataan spontan dari para
peserta tadi. Pertama saya katakan kepada mereka, bahwa UANG atau DUIT
memang bukan hal utama yang menentukan bahagia atau tidak bahagianya
seseorang. TAPI, uang bisa lebih mempermudah kita untuk menjalani
kehidupan ini. Setuju?? Semua peserta menjawab setuju sambil malu-malu.
Coba bayangkan saja jika Anda tidak memiliki uang? Hayoo…Anda bisa apa
tanpa uang di tangan Anda? Hayoo…siapa bisa jawab?? Tidak ada satu pun
peserta yang mau menjawab pertanyaan saya itu. Padahal menjawab kan
nggak pakai uang ya…hahahaha…
Inilah yang jadi penekanan saya saat Seminar Entrepreneurship
beberapa waktu lalu. Satu hal saya ingatkan kepada setiap peserta yang
hadir, bahwa saya ini sedang berhadapan dengan orang-orang yang tentunya
beragama semuanya, dan menjalankan perintah agamanya yang pasti
tujuannya untuk kebaikan…dan, tidak ada yang atheis. Reaksi spontan
menanggapi pernyataan saya bahwa “Kita Harus Mata Duitan”, sudah jelas
menunjukkan bahwa mereka ini secara mentalitas moral sangat bagus,
menyadari pentingnya moral dan agama untuk menjaga segala tindakannya
dari hal-hal yang merugikan orang lain, selalu waspada terhadap bisikan
syaitan yang terkutuk. Benarkah begitu?? Mereka serentak menjawab, IYA…
Nah, jadi tidak perlu lagi kita berkutat dan berdebat dengan hal-hal
yang mempertanyakan kualitas mental, moral maupun keimanan kita…toh Anda
ini semuanya orang yang beriman dan bermoral, iya kan?
Ok, kembali ke topik “Kita Harus Mata Duitan”. Sekarang semua peserta
seminar sudah setuju tidak perlu mempertanyakan dampak dari “Kita Harus
Mata Duitan”, karena semuanya sudah punya iman dan moral yang sangat
baik, jadi gak mungkin membuat mereka jadi jahat jika sudah “Mata
Duitan”…hehehehe… resiko ditanggung penumpang…
Sebagian besar dari kita, mungkin disebabkan pendidikan dan
pengalaman masa lalu mengenai UANG atau DUIT, yang cenderung bernuansa
negatif, jelek, bahkan jahat, pada akhirnya menyebabkan pikiran dan
perasaan mengenai uang menjadi TIDAK TEPAT, jadi “ill-feel” gitu… jika
dengar kata UANG. Inilah yang harus Anda pahami dan luruskan kembali
kepada norma yang baik dan benar tentang uang.
UANG tidak punya kesalahan apa pun kepada diri Anda, justru uang
seringkali membantu Anda jika Anda memerlukannya. Ini sebuah realita,
tanpa uang kita bisa apa? Jadi jika seseorang tetap menistakan uang di
dalam pikirannya, bagaimana dia bisa didatangi oleh uang? Benar apa
Betul?
So…untuk memperoleh uang, karena ini Seminar Entrepreneurship, maka
saya tandaskan bahwa salah satu cara terbaiknya adalah Anda harus berani
memulai bisnis sendiri sebagai Entrepreneur. Bahkan bagi umat Islam,
khazanah Entrepreneurship ini sudah sejak awal ditekankan oleh ajaran
Islam.
Rasulullah Muhammad sendiri sudah mulai giat mencari uang saat
usianya masih sangat muda, baru belasan tahun…dan, pada usia 18 tahun
beliau sudah menjadi pedagang sukses dan terkenal di Persia, Romawi, dan
Syam. Ada anjuran di dalam sebuah Hadits: i’mal li dunyaka ka annaka ta
‘isyu abadan, wa i’mal li akhiratika ka annaka tamut ghadan. Bekerjalah
untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah
untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besuk pagi.
Perlu juga disadari bahwa uang dan harta kita ini berfungsi strategis
untuk aktivitas berdakwah juga. Jika kita memiliki uang dan harta yang
banyak, dan tentunya cara memperoleh dan membelanjakannya sesuai
prosedur ajaran agama Islam, maka fasilitas ini bisa semakin memudahkan
kita untuk melaksanakan kewajiban agama. Islam memerintahkan umatnya
untuk mencari rejeki, dan jangan lupa untuk zakat, berinfaaq,
bersedekah, dan lain-lain hal yang baik dan positif. Islam dengan tegas
membatasi tindakan umatnya, yakni dengan cara-cara halal dan baik.
Bukankah uang sangat penting bagi kehidupan dunia dan akhirat?
Rasulullah telah mencontohkan semangat entrepreneurship yang luar biasa
prima. Saat masih berusia belasan tahun saja, beliau sudah bisa
berbisnis sendiri. Kalau jaman sekarang mungkin beliau masih seusia
anak-anak SMA atau yang sederajat…yang mana, sebagian besar anak-anak
seusia ini pada jaman sekarang lebih banyak yang bersantai-santai saja,
lebih senang hang-out ke plaza, mall maupun kong-kow di cafe…daripada
mencoba mulai bisnis…
So what…? Jika Anda mau kaya raya…Anda memang Harus Mata Duitan
terlebih dulu. Canangkanlah di dalam pikiran dan perasaan Anda, bahwa
Anda harus memiliki uang dan harta kekayaan berlimpah, sehingga ini
memicu dan memacu Anda segera membuat rencana-rencana tindakan untuk
meraihnya, dan Anda benar-benar Take Action untuk meraih sukses
berkelimpahan materi yang Anda impikan itu. Dan selalu ingatlah, Anda
adalah seorang yang punya iman kuat dan bermoral baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar